WELLCOME TO MARSADA

Rabu, 01 Februari 2012

KOTA BALIGE NAJOLO

Posting By
  Rado Sianipar




PetaTOBAKuno











PETATOBASA


























WajahBalige




Balairung-60Pelabuhan-60-1








Pelabuhan-60-3KantorCPMBalige-60








CitraBalige
















Diera 40-70an, Kota Balige merupakan Kota Industri dan Pusat Perdagangan terbesar di daerah  Tapanuli. Hal itu terbukti dengan banyaknya Industri yang bergerak dibidang Tekstil dan juga Pabrik Rokok pertama di seluruh Tapanuli.
Di jaman tersebut peradaban masyarakat Balige termasuk masyarakat yang lebih maju dan konsumtif diantara daerah-daerah tetangganya. Sebab pada saat itu sudah terdapat dua Bioskop dan dan memiliki Central Distric Bisnis yang berlokasi jalan Sisingamangaraja sekarang.
Melihat pola masyarakat yang konsumtif dan pergerakan perputaran uang yang cepat di wilayah Balige pada masa itu, maka banyak Bank-Bank bermunculan yang menjadikan Kota Balige makin pesat pertumbuhannya.





Berikut Foto-foto kilas balik Citra Kota Balige antara Era 40 sampai dengan Era 70.

JPSP


















“JPSP” (Jajasan Pembangunan Simpan Pindjam) atau yang lebih dikenal dengan Bank Simpan/ Pinjam. Sebagai salah satu penguat perekonomian masyarakat  Balige dengan simpan pinjamnya pada masa itu.
Kota Balige selalu ramai dengan seringnya diselenggarakan event besar dan interaksi sosial musiman seperti onan, expo, carnaval, 17 Agustus dan lain sebagainya.

Carnaval-60EXPO-60
















Salah satu faktor yang membuat Kota Balige bertumbuh dengan pesat antara lain letak atau peruntukan kota yang strategis, mudah terjangkau dan terlebih dengan armada pengangkutan yang dapat menghubungkan antar wilayah yang dapat dilalui oleh darat maupun air siap tersedia. Sejak dahulu hal ini sudah dipertimbangkan sehingga ketersediaannya fasilitas tersebut menjadikan Kota Balige sebagai Kota Lintasan dan juga sebagai Kota Tujuan yaitu lintasan bagi penghubung antar kota dan tujuan bagi masyarakat pelaku dan pengkomsumsi bisnis.


ArmadaOnan









































Di Era 70 Puluhan Pun Citra Kota Balige sudah sangat di perhitungkan, seperti Presiden Soeharta (Alm) yang memerintah pada saat itu juga sempat datang menilik Balige sekaligus meresmikan  Tugu DI Panjaitan, Balige.


Peresmian TuguPeresmian Tugu2











Tokoh Balige




RJPasaribu



























































Radja Johannes

Pasaribu
Hidup: 1903 s/d 1936
Semasa hidupnya beliau pernah menjadi Kepala Nagari Balige.














KarlSianiparPenghargaan





















Karl Sianipar
Karl Sianipar merupakan seorang Pebisnis yang sangat sukses pada masa sebelum dan sesudah Kemerdekaan RI. Tidak sedikit orang dapat merasakan dan mengecap dari keberhasilan beliau di Kota Balige ini dijaman tersebut.
Beliau mendirikan Tekstil terbesar dengan nama Karl Sianipar  Tekstil  Company  ( KARSITEK )   yang pernah juga mendapatkan penghargaan SATYA LACANA PEMBANGUNAN oleh Presiden Soeharto pada tahun 1974.
Perusahaan yang didirikannya tersebut memberikan pekerjaan bagi 700an lebih masyarakat Balige dan menjadikan Kota Balige Kota Industri pada masa itu.







CarlosNapitupulu 







Carlos Napitupulu
Semasa hidupnya beliau menjadi Kepala Kampung (Hampung) Balige Pertama setelah penyerahan kedaulatan.
Beliau juga bekerja sebagai pimpinan CV. C Napitupulu (Anemeer) yaitu perusahaan yang bergerak dibidang meuble dan menjadi perusahaan kayu dan meuble pertama dan terbesar di Kota Balige yang mempekerjakan hampir 100 karyawan. Perusahaan ini beroperasi kurun waktu 1951 sampai dengan 1982.


Anemeer
























TWBPasaribu 






Tualam Wusmin Pasaribu
Hidup: 15 Desember 1920 s/d 24 Desember 1997
Beliau Adalah seorang usahawan muda yang sukses dimasanya, mampu menguasai 9 bahasa asing. Beliau mendirikan Pabrik Rokok Pertama di Tapanuli pada tahun 1949 dan mempekerjakan lebih dari 200 karyawan. CV. Panca Putra ini merupakan salah satu kebanggan Kota Balige saat itu.  Kemunduran perusahaan dimulai dengan adanya Inflasi yang membuat harga rupiah merosot dari Rp. 1.000 menjadi Rp. 1, dan persaingan bisnis yang kurang sehat pada masa itu. Pabrik ini resmi tutup pada akhir tahun 1969, dan masih meninggalkan mesin dan pabrik kosong di kelurahan Pardede Onan sampai saat ini.




CV Panca Putra















MesinRokokOvenRokok

| Free Bussines? |

Posting By
  Rado Sianipar




PetaTOBAKuno











PETATOBASA


























WajahBalige




Balairung-60Pelabuhan-60-1








Pelabuhan-60-3KantorCPMBalige-60








CitraBalige
















Diera 40-70an, Kota Balige merupakan Kota Industri dan Pusat Perdagangan terbesar di daerah  Tapanuli. Hal itu terbukti dengan banyaknya Industri yang bergerak dibidang Tekstil dan juga Pabrik Rokok pertama di seluruh Tapanuli.
Di jaman tersebut peradaban masyarakat Balige termasuk masyarakat yang lebih maju dan konsumtif diantara daerah-daerah tetangganya. Sebab pada saat itu sudah terdapat dua Bioskop dan dan memiliki Central Distric Bisnis yang berlokasi jalan Sisingamangaraja sekarang.
Melihat pola masyarakat yang konsumtif dan pergerakan perputaran uang yang cepat di wilayah Balige pada masa itu, maka banyak Bank-Bank bermunculan yang menjadikan Kota Balige makin pesat pertumbuhannya.





Berikut Foto-foto kilas balik Citra Kota Balige antara Era 40 sampai dengan Era 70.

JPSP


















“JPSP” (Jajasan Pembangunan Simpan Pindjam) atau yang lebih dikenal dengan Bank Simpan/ Pinjam. Sebagai salah satu penguat perekonomian masyarakat  Balige dengan simpan pinjamnya pada masa itu.
Kota Balige selalu ramai dengan seringnya diselenggarakan event besar dan interaksi sosial musiman seperti onan, expo, carnaval, 17 Agustus dan lain sebagainya.

Carnaval-60EXPO-60
















Salah satu faktor yang membuat Kota Balige bertumbuh dengan pesat antara lain letak atau peruntukan kota yang strategis, mudah terjangkau dan terlebih dengan armada pengangkutan yang dapat menghubungkan antar wilayah yang dapat dilalui oleh darat maupun air siap tersedia. Sejak dahulu hal ini sudah dipertimbangkan sehingga ketersediaannya fasilitas tersebut menjadikan Kota Balige sebagai Kota Lintasan dan juga sebagai Kota Tujuan yaitu lintasan bagi penghubung antar kota dan tujuan bagi masyarakat pelaku dan pengkomsumsi bisnis.


ArmadaOnan









































Di Era 70 Puluhan Pun Citra Kota Balige sudah sangat di perhitungkan, seperti Presiden Soeharta (Alm) yang memerintah pada saat itu juga sempat datang menilik Balige sekaligus meresmikan  Tugu DI Panjaitan, Balige.


Peresmian TuguPeresmian Tugu2











Tokoh Balige




RJPasaribu



























































Radja Johannes

Pasaribu
Hidup: 1903 s/d 1936
Semasa hidupnya beliau pernah menjadi Kepala Nagari Balige.














KarlSianiparPenghargaan





















Karl Sianipar
Karl Sianipar merupakan seorang Pebisnis yang sangat sukses pada masa sebelum dan sesudah Kemerdekaan RI. Tidak sedikit orang dapat merasakan dan mengecap dari keberhasilan beliau di Kota Balige ini dijaman tersebut.
Beliau mendirikan Tekstil terbesar dengan nama Karl Sianipar  Tekstil  Company  ( KARSITEK )   yang pernah juga mendapatkan penghargaan SATYA LACANA PEMBANGUNAN oleh Presiden Soeharto pada tahun 1974.
Perusahaan yang didirikannya tersebut memberikan pekerjaan bagi 700an lebih masyarakat Balige dan menjadikan Kota Balige Kota Industri pada masa itu.







CarlosNapitupulu 







Carlos Napitupulu
Semasa hidupnya beliau menjadi Kepala Kampung (Hampung) Balige Pertama setelah penyerahan kedaulatan.
Beliau juga bekerja sebagai pimpinan CV. C Napitupulu (Anemeer) yaitu perusahaan yang bergerak dibidang meuble dan menjadi perusahaan kayu dan meuble pertama dan terbesar di Kota Balige yang mempekerjakan hampir 100 karyawan. Perusahaan ini beroperasi kurun waktu 1951 sampai dengan 1982.


Anemeer
























TWBPasaribu 






Tualam Wusmin Pasaribu
Hidup: 15 Desember 1920 s/d 24 Desember 1997
Beliau Adalah seorang usahawan muda yang sukses dimasanya, mampu menguasai 9 bahasa asing. Beliau mendirikan Pabrik Rokok Pertama di Tapanuli pada tahun 1949 dan mempekerjakan lebih dari 200 karyawan. CV. Panca Putra ini merupakan salah satu kebanggan Kota Balige saat itu.  Kemunduran perusahaan dimulai dengan adanya Inflasi yang membuat harga rupiah merosot dari Rp. 1.000 menjadi Rp. 1, dan persaingan bisnis yang kurang sehat pada masa itu. Pabrik ini resmi tutup pada akhir tahun 1969, dan masih meninggalkan mesin dan pabrik kosong di kelurahan Pardede Onan sampai saat ini.




CV Panca Putra















MesinRokokOvenRokok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar